
Gak ada ruginya aku baca novel ini 'Sabtu Bersama Bapak', aku mau share sedikit kutipan-kutipan yang aku dapat dari novel ini. dan, untuk kalian kaum Adam, aku rekomen buat baca ini full. Karena buku ini penuh pesan-pesan dari seorang bapak untuk 2 anak laki-lakinya dari mereka kecil hingga dewasa.
“Seorang anak,
tidak wajib menjadi baik atau pintar hanya karena dia sulung. Nanti yang sulung
benci sama takdirnya dan si bungsu tidak belajar tanggung jawab dengan cara
yang sama. Semua anak wajib menjadi baik dan pintar karena memang itu yang
sebaiknya semua manusia lakukan.”
***
....
Dikeluarga kita, nilai kita tidak datang dari barang.
Bapak kasih tahu dari mana nilai kita datang.
Nilai kita datang dari sini.”
Bapak menunjuk kepada hati.
“Harga dari diri kita, datang dari akhlak kita.
Anak yang jujur.
Anak yang baik.
Anak yang berani bilang ‘Saya benar’ ketika benar.
Anak yang berani bilang ‘Maaf’ ketika salah.
Anak yang berguna bagi dirinya, dan orang lain.”
“...”
“Harga dari diri kamu datang dari dalam hati kamu dan berdampak ke orang luar.
Bukan dari barang/orang luar, berdampak ke dalam hati.”
Dikeluarga kita, nilai kita tidak datang dari barang.
Bapak kasih tahu dari mana nilai kita datang.
Nilai kita datang dari sini.”
Bapak menunjuk kepada hati.
“Harga dari diri kita, datang dari akhlak kita.
Anak yang jujur.
Anak yang baik.
Anak yang berani bilang ‘Saya benar’ ketika benar.
Anak yang berani bilang ‘Maaf’ ketika salah.
Anak yang berguna bagi dirinya, dan orang lain.”
“...”
“Harga dari diri kamu datang dari dalam hati kamu dan berdampak ke orang luar.
Bukan dari barang/orang luar, berdampak ke dalam hati.”
***
“Kang, ketika
kalian udah gede akan ada masanya kalian harus melawan orang.
Yang lebih besar,
lebih kuat dari kalian.
Dan akan ada masanya,
kalian gak punya pilihan lain selain melawan,
dan menang.”
“...”
“Akan datang juga Kang, masanya....
semua orang tidak akan membiarkan kalian menang.
Jadi, kalian harus pintar.
Kalian harus kuat.
Kalian harus bisa berdiri dan menang dengan kaki-kaki sendiri.”
Yang lebih besar,
lebih kuat dari kalian.
Dan akan ada masanya,
kalian gak punya pilihan lain selain melawan,
dan menang.”
“...”
“Akan datang juga Kang, masanya....
semua orang tidak akan membiarkan kalian menang.
Jadi, kalian harus pintar.
Kalian harus kuat.
Kalian harus bisa berdiri dan menang dengan kaki-kaki sendiri.”
***
Bayangkan ingin
jadi apa kalian dua puluh tahun dari sekarang. Lalu runut balik ke masa
sekarang, apa yang harus kalian lakukan agar mimpi itu dapat terjadi. Alat
bantu apa yang kalian harus miliki untuk membantu kalian.
Bapak minta kalian bermimpi setinggi mungkin. Dengan syarat, kalian rajin dan tidak menyerah.
Bapak minta kalian bermimpi setinggi mungkin. Tapi mimpi tanpa rencana dan action, hanya akan membuat istri kalian lapar.
Kejar mimpi kalian.
Rencanakan.
Kerjakan.
Kasih deadline.
Bapak minta kalian bermimpi setinggi mungkin. Dengan syarat, kalian rajin dan tidak menyerah.
Bapak minta kalian bermimpi setinggi mungkin. Tapi mimpi tanpa rencana dan action, hanya akan membuat istri kalian lapar.
Kejar mimpi kalian.
Rencanakan.
Kerjakan.
Kasih deadline.
***
“Kalo bukan kamu
yang ngehargain diri kamu, gak akan ada yang ngehargain kamu.”
***
“Karena Tuhan pun
melihat manusia dari yang benar dan salah. Dan yang benar itu yang baik. Bukan
dari mana dia berasal.”
***
“Kata Bapak
saya... dan dia dapat ini dari orang lain. Membangun sebuah hubungan itu butuh
dua orang yang solid. Yang sama-sama kuat. Bukan yang saling mengisi kelemahan,
Yu.”
“...”
“Karena untuk menjadi kuat, adalah tanggung jawab masing-masing orang. Bukan tanggung jawab orang lain.”
“...”
“Tiga dikurang tiga berapa, Yu?”
“Nol.”
“Nah. Misal, saya gak kuat agamanya. Lantas saya cari pacar yang kuat agamanya. Pernikahan kami akan habis waktunya dengan si kuat melengkapi yang lemah.”
“...”
“Padahal setiap orang sebenarnya wajib menguatkan agama. Terlepas dari siaapun jodohnya.”
“...”
“Tiga dikali tiga berapa, Yu?”
Ayu mengangguk, mengerti. Find someone complimentary, not supplementary. ....
“...”
“Karena untuk menjadi kuat, adalah tanggung jawab masing-masing orang. Bukan tanggung jawab orang lain.”
“...”
“Tiga dikurang tiga berapa, Yu?”
“Nol.”
“Nah. Misal, saya gak kuat agamanya. Lantas saya cari pacar yang kuat agamanya. Pernikahan kami akan habis waktunya dengan si kuat melengkapi yang lemah.”
“...”
“Padahal setiap orang sebenarnya wajib menguatkan agama. Terlepas dari siaapun jodohnya.”
“...”
“Tiga dikali tiga berapa, Yu?”
Ayu mengangguk, mengerti. Find someone complimentary, not supplementary. ....
***
Saya pilih kamu.
Tolong pilih saya, untuk menghabiskan sisa hidup kamu. Dan saya akan menghabiskan sisa hidup saya bersama kamu.
Percayakan hidup kamu pada saya. Dan saya penuhi tugas saya padamu, nafkah lahir batin
Pindahkan baktimu. Tidak lagi baktimu kepada orangtuamu. Baktimu sekarang pada saya.
Tolong pilih saya, untuk menghabiskan sisa hidup kamu. Dan saya akan menghabiskan sisa hidup saya bersama kamu.
Percayakan hidup kamu pada saya. Dan saya penuhi tugas saya padamu, nafkah lahir batin
Pindahkan baktimu. Tidak lagi baktimu kepada orangtuamu. Baktimu sekarang pada saya.
***
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus