Yeon Hee - pov -
Akhirya, subway yang aku tunggu
datang juga. Tak sabar aku ingin cepat sampai di kampus baruku Gyeong Hee
University. Dengan semangat aku langkahkan kakiku menaiki bus roda 4 tersebut.
Semua orang tertib memasukinya dan duduk di bangku-bangku yang tersedia
didalam. Aku memilih untuk duduk di bangku baris ke 3 dari depan dan dekat
dengan jendela agar aku dapat melihatat keadaan seoul di pagi hari.
“Pagi yang cerah ya,” seseorang
disebelahku tiba-tiba membuyarkan imajinasiku. Dan aku hanya tersenyum padanya
tanpa mengeluarkan sepatah katapun dari mulutku.
“Dulu kau murid Bundang Senior
High School kan?” tebak lelaki itu.
“Hm.”
“Sudah aku tebak. Apa kau kenal
aku?” tanyanya. Dan aku hanya bergeleng karena tidak mengenalnya. Lalu terlihat
raut wajah kecewa diwajahnya.
“Masak kau tidak kenal aku?”
desaknya.
“Tidak, memangnya kau siapa?”
“Lupakan, nanti kau pasti ingat,”
ia beranjak turun dari bus mendahuluiku. Dan entah jodoh atau memang kebetulan,
ternyata ia juga berada di universitas yang sama denganku.
***
Dengan otak yang terus berputar,
aku mencoba mengingat lelaki tersebut. Rasa penasaran terus menghampiriku,
mungkin aku tak akan berhenti memikirkan siapa lelaki itu sebelum aku
benar-benar mengingatnya. Seiring aku berjalan semakin keras aku mengingat dan
tentuya semakin dekat dengan kelasku.
Sesampainya dikelas aku memilih
untuk duduk di bangku depan. Tak ada yang ku kenal, semua terasa asing bagiku,
untuk permulaan aku hanya bisa diam dibangkuku. Lima menit aku berdiam diri
rasa bosan mulai menyerangku. “Aaah, kenapa lama banget dosennya,” aku
menggerutu dalam hati. Untuk menghilangkan virus bosan aku mengeluarkan
handphone dan me-whatsapp sahabatku yang sekarang bersekolah di California Los
Angeles namanya Eun Kyo.
Me: Kabar baik?
Eun Kyo: Ya, udara disini begitu
segar. Kamu?
Me: Kuliah pertama, dosennya belum
juga datang.
Eun Kyo: Keep calm ok!
Ditengah percakapan, aku menjadi
teringat akan sosok lelaki tadi. Aku harus menanyakannya dengan Eun Kyo.
Me: Kau tahu lelaki yang
bersekolah di Bundang Senior High School dengan postur tubuh yang tinggi
sekitar 180cm, wajahnya agak menakutkan, alisnya tebal dan dia terlihat lebih
tua dari kita.
Eun Kyo: Ciri-ciri seperti itu
banyaak banget, satpam sekolah juga berciri-ciri seperti itu. Yang lebih
spesifik dong.
Me: Mmm, sepertinya ia seseorang
yang sangat terkenal di Bundang Senior High School.
Eun Kyo: Aaa Choi Seung Hyun dia
pernah menjadi Ketua Osis dan semua orang tahu dia.
Me: Maybe, Ok nanti akan ku tanyakan
padanya. Dosenku sudah datang. Bye.
Percakapanku berakhir dengan
berawalnya pelajaran dipagi hari ini.
***
Bangku kuliah ternyat lebih
membosankan, entah berapa kali aku menguap selama pelajaran jika dihitung
mungkin sampe ratusan atau mungkin ribuan kali. Yang jelas virus ngantuk
tersebut bisa hilang dalam sekejap ketika aku melewati pintu kelasku dan pergi
untuk pulang.
Sambil berjalan keluar kampus
mataku tak henti-hentinya melihat kekanan kekiri mencari lelaki yang aku temui
tadi pagi. Dan akhirnya pandanganku jatuh pada sosok yang berada diluar gedung.
Secara otomatis kakiku berlari dan mataku tak lepas dari sosoknya. Dengan terus
berlari, tiba-tiba *bruk* sepertinya aku menabrak seseorang.
***
Ji Yong – pov -
Soda hari ini tumpah begitu saja
dikemaja Gucci-ku. Ini semua disebabkan oleh seorang gadis ceroboh yang berlari
tergesa-gesa. Tak tahukah dia berapa harga kemajaku ini, hingga seceroboh itu
ia menabrakku. Dia harus bertanggung jawab.
“Yaa, kau gunakan untuk apa
matamu? Atau jangan-jangan kau melihat dengan mata kakimu?” bicaraku dengan
nada 4 oktaf.
“Maafkan aku, aku benar-benar
minta maaf.”
“Cuma maaf, kau harus bertanggung
jawab dong.”
“Baik, aku akan mencucikannya
untukmu dengan tanganku sendiri.”
“Tidak, kau harus membelikan kemeja
yang sama persis seperti ini. Dan apakah kamu tahu berapa harga kemeja ini?”
“Tidak, apakah itu sangat mahal?”
kali ini gadis itu berbicara dengan wajah cemas.
“Sudah lah Ji Yong, itu hanya noda
sprit. Itu tidak akan meninggalkan bekas,” kali ini Young Bae membelanya,
mungkin ia jatuh cinta padanya, selain membelanya ia juga mengijinkan gadis itu
untuk kembali berlarti melanjutkan perjalanannya yang terhambat. “Sudah,
lanjutkan saja larimu, aku lihat kau sangat tergesa-gesa, cepat jangan sampai
sesuatu yang penting terlewatkan olehmu.”
“Terimakasih banyak,” hanya dengan
terimakasih ia kembali berlari, bahkan ia tidak memberiku keputusan apakah ia
akan mengganti kemajaku atau mencucikannya untukku. Lihat saja jika kita
bertemu lagi aku akan menagih hutangnya.
“Sudahlah itu kemeja kita beli
juga diskon, bukankah kita membeli kopelan?”
“Diam kau,” kutup mulut Young Bae
dan meninggalkannya pergi.
***
Yeon Hee – pov –
Kulanjutkan lariku yang sempat
terpause oleh insiden sprit tumpah tadi. Dan betapa malangnya aku, karena aku
telah kehilangan jejak seseorang yang aku kejar tadi. “Ini semua gara-gara
siluman sprit dan kemejanya, awas saja kalau ketemu bakal aku semprot dia pake
pepsi biar biru semua,” kukepal tanganku sebagai pelampiasan kesalku pada
lelaki rese tersebut.
Karena aku telah kehilangan jajak
lelaki yang aku temui tadi pagi. Kini saatnya aku mencari jalanku untuk pulang.
Aku menuju halte bus dan duduk menunggu bus tujuan Bundang ditempat duduk yang
telah disediakan.
“Hai kita ketemu lagi,” lelaki yag
tadi pagi kutemui tiba-tiba saja ada disebelahku seperti hantu.
“Sekarang aku tahu siapa kamu,”
ucapku seperti menangkap pencuri yang sedang ketahuan.
“Siapa coba?”
“Sebentar aku lupa,” bodohnya aku
lupa akan namanya sehingga aku harus membuka conversation ku dengan Eun Kyo.
“Kau pasti mencariku di google ya?
Kau tahu saja kalau aku begitu terkenal.”
“Tak usah banyak omong kau, Choi
Seung Hyun.”
“Yak selamat akhirnya kau tahu
juga, akukan sudah bilang kalau aku begitu terkenal. Lalu siapa namamu?” bus
datang seiring dengan pertanyaan Seung Hyun sehingga memberiku kesempatan untuk
kabur.
Karena bus ini begitu ramai
penumpang, kunyamankan posisi berdiriku di bus ini, kujaga tubuhku agar selalu
seimbang.
“Hayo, siapa namamu?” untuk kedia
kalinya Seung Hyun datang mengagetkanku bagai hantu.
“Yaaa, bisa tidak kau tidak
mengagetkanku.”
“Maaf, tapi siapa namamu? What’s
your name?” Seung Hyun terus mendesakku.
“Namaku Lee Yeon Hee,”
Seung Hyun mengulurkan tangannya
mengajakku untuk berjabatan tangan, “Mana tanganmu kita harus bersalaman.”
Namun aku menyingkirkan tangannya dan berkata, “buat apa salaman segala.”
“Biar akrab gitu, mulai hari ini
aku akan menjadi temanmu. Ingat itu.”Ia mengucapkan sebuah kata-kata konyol
yang terkesan memaksaku untuk menjadi temannya.
“Kau berada di fakultas apa?” ia
semakin kepo.
“College of Medicine,” jawabku
selalu singkat.
“Waw, ternyata kau juniorku, kau
harus memangilku SENIOR ok! Atau minimal panggil aku dengan sebutan oppa.
Mengerti!” tanpa seijinku ia memegang kepalaku dan mengacak-acak poniku, lalu
ia turun begitu saja dari bus.
Dari kejauhan aku terus
mengikutinya, bukannya kau ingin tahu dimana rumahnya tapi karena dia berjalan
dijalanan menuju arah rumahku. Di persimpangan jalan tiba-tiba Seung Hyun
menghentikan langkahnya.
“Yeon Hee, jangan berjalan
dibelakangku kemari kau harus berjalan disampingku,” dia menarik tanganku
membawaku berada disebelahnya.
“Siapa yang mengijinkan kau
menarikku, dasar lelaki tidak sopan.”
“Siapa?” tanyanya polos.
“Entahlah,” dengan wajah sebal,
kupercepat langkah kakiku. Namun lelaki gila tersebut terus saja mengikutiku.
“Ya, berhenti mengikutiku,”
teriakku.
“Woles sist, perasaan tadi kau
juga mengikutiku. Tak tahukahkau kalau rumah ku hanya dua blok dari rumahmu.”
“Berarti kau tetanggaku? Ah pasti
kau bohong, aku tak pernah melihatmu,”
“Kalau tak percaya ya sudah, coba
saja kau tanya adikmu pasti tahu aku. Bye,” Seung Hyun memasuki sebuah rumah
yang memang berada dua blok seebelum rumahku.
Aku tak percaya, sebenarnya hari
apa ini mengapa aku begitu sial padahal hari ini bukan wetonku. Mulai dari
bertemu lelaki gila, sampai beurusan sama siluman sprit. Aku rasa, aku harus
cepat pulang dan mandi kembang tujuh rupa.

Komentar
Posting Komentar