Langsung ke konten utama

Haru-haru day 2

Yeon Hee - pov -
Hari ke-2 kuliah, aku masih belum menemukan teman pengganti Eun Kyo yang selalu menemaiku setiap saat. Alhasil aku haris pergi kemanapun sendirian termasuk ke kantin. Jujur aku memang tidak pandai bergaul, di SMA saja yang aku kenal hanya teman sekelasku, bahkan Choi Seung Hyun yang seorang ketua OSIS saja aku tidak tahu.
Untuk menambah semangat hari ini aku akan memesan orange jus.
“Ajumma, saya orange jus satu ya.”
“Baik, tunggu dulu nak,” jawab Ajumma itu dengan ramah.
Sambil menunggu ku amati keramaian di kantin, ada yang makan, minum, belajar, ngobrol, tiduran, sampai yang lagi pacaran. Tempat ini benar-benar multi fungsi.
“Woi, woi, woi, kita ketemu lagi,” suara itu tiba-tiba mengagetkanku, yaitu suara si Siluman Sprit dan sahabat Angel-nya.
“Kau harus bertanggung jawab,” tambahnya.
“Beranggung jawab apa?” aku berusaha memasang wajah inosen.
“Pura-pura lupa lagi. Kau harus mengganti kemejaku. Cepat ganti.”
“Maafkan aku, aku tak punya banyak uang. Tak tahukah kau bahwa aku tidak sekaya kau?” masang tampang memelas.
“Jangan coba berbohong kau, Tas itu harganya mahalkan? Mana mungkin orang miskin bisa membeli tas semahal itu.” Lelaki itu menunjuk tas-ku. Ia begitu handal mengenai brand-brand terkenal.
“Tas ini, aku dapat dari ayahku. Tak mungkin aku meminta uang pada ayahku hanya untuk membelikanmu kemeja.” Aku mencoba untuk selalu mengelak.
“Ok kalau begitu, sebagai gantinya kau harus menjadi asisten pribadiku. Dan aku jamin tak akan keluar uang sedikitpun dari dompetmu. Dasar pelit.”
“Baik!” aku terima.
 “Kau Kwon Ji Young dan Dong Young Bae. Apa yang kau bicarakan dengan Yeon Hee?” Seung Hyun tiba-tiba berteriak dari kejauhan, dan datang mendekat.
“Itu bukan urusanmu, ayo Young Bae,” si Siluman sprit itu pergi diikuti dengan sahabatnya yang selalu mengekornya.
 Setelah kepergian kedua manusia tersebut, akhirnya orange jus pesananku datang juga. Aku dan Seung Hyun duduk disalah satu bangku yang ada disekitar kantin dengan menikmati jus. Kebiasaanku jika minum, aku selalu menggunakan sedotan yangku bawa sendiri. Kebiasaan ini membuat Seung Hyun penasaran dan menanyakannya padaku.
“Kenapa kau menggunakan sedotan itu, bukankah sama saja.”
“Tidak, yang ini sudah pasti bersih. Aku tidak mengetahui apakah sedotan itu bersih atau ada kumannya. Dan bukankah kita harus hidup bersih, iya kan?”
“Iya juga sih, tapi aku kira gak segitunya kali.”
“Memang dasarnya kamu pria jorok,” ejekku. Selepas dari sedotan, aku mengalihkan pembicaraan dengan mencari tahu tentang kedua lelaki tadi, yang pasti ia kenal.
“Kau kenal orang tadi?”
“Kedua lelaki tadi kan? Jelas kenal, mereka kan terkenal, siswa dari Amerikayang menyebalkan dan sombongnya minta ampun. Terus waktu ospek, aku yang jadi seniornya,” Seung Hyun berbicara dengan menepuk dadanya, menyombongkan diri.
“Dari Amerika? Kok gak ada mirip-miripnya sama bule.”
“Mana aku tahu. Lalu apa hubunganmu dengan mereka?” tanya Seung Hyun.
“Sebenarnya ini gara-gara kamu,” jari telunjukku menunjukke arah Seung Hyun menjeadikannya tersangka.
“Kok bisa aku?” tampang Seung Hyun mulai membingung.
“Jadi begini ceritanya, kemari aku lihat  kau, terus aku lari ngikutin kamu. Eh karena mataku terus mengawasimu, aku jadi menabraknya, dan minuman yang dia bawa tumpah dikemejanya sendiri.”
“Terus dia minta ganti rugi darimu,” Seung Hyun memotong perkataanku dengan benar, dan aku merespon ucapannya dengan satu anggukan.
“Alah itu sih modus, paling dia suka sama kamu terus memperpanjang masalahmu biar dia bisa lebih dekat sama kamu,” Seung Hyun mulai sok tahu.
“Wah betapa cantiknya aku hingga membuat seorang seperti dia suka sama aku.”
“Yah, salah ngomong aku,” Seung Hyun menyesali perkataannya.
“BTW, nama mereka siapa?”
“Kau tidak tahu namanya? Bukankah tadi aku memanggilnya.”
“Kau memanggilnya siapa?”
“Kwon Ji Young dan Dong Young Bae.”
“Aa, jadi namanya Ji Young.”
“Iya itu namaku, beri nomor phone cell-mu sekarang,” Ji Young tiba-tiba datang dan menyodoriku sebuah phone cell. Sedangkan Aku dan Seng Hyun hanya tercengang melihta seseorang yang sedang kita omongkan tiba-tiba datang.
“Ah kau lemot sekali,” ia meraih phone cell-ku yang tergeletak di atas meja lalu mengetik nomor phone cell-nya setelah itu ia tekan tombol berwarna hijau untuk melakukan panggilan. Setelah keinginannya terpenuhi ia mengembalikan phone cell-ku dan pergi tanpa berpamitan atau setidaknya berterima kasih.
Baru saja phone cell-ku kembali, Seung Hyun lalu mengambilnya dan melakukan hal yang sama seperti Ji Young.
“Sekarang aku punya nomor phone cell-mu, aku bisa selalu menghubungimu kapanpun aku mau. Gumawo,” Seung Hyun pergi dengan meninggalkan jejak denga sedikit mengacak-acak poniku.
***
Ji Young - pov –
Sebuah mobil  van tua yang terlihat masih bagus sedang berhenti menungguku. Itu adalah mobil Young Bae, setiap hari ia selalu membawa mobilnya kemanapun ia pergi, termasuk mengantarku keberbagai tempat dipenjuru kota ini.
“Akhirnya aku mendapatkan nomornya,” ujarku saat memasuki mobil Young Bae dan duduk di sampingnya.
“Menurutku semua yang kau lakukan itu begitu berlebihan, gak biasanya kau mempermasalahkan masalah sepele seperti itu,” sambil berbicara ia memacu mobilnya untuk berjalan.
“Oh iya! Aku rasa itu wajar. Aku hanya ingin memberinya pelajaran agar ia lebih berhati-hati jika berjalan.”
“Tapi caramu itu salah, itu sama saja kau mendidik seorang atlit renang dengan cara berlari, itu semua gak nyambung. Yang ada ia akan menjadi seorang asisten yang handal tetapi tidak berhati-hati.”
“Terserah apa katamu deh, ntar kau juga dapat manfaatnya.”
“Kau menyukai gadis itukan?” pertanyaan fulgar tersebut terlontar melalui mulutnya.
“Jelas tidak. Jika aku menyukainya aku tak akan menjadikan ia asisten, tapi menjadikan dia pacarku saja. Pasti dia juga mau. Sudah fokuslah pada jalan, aku tak ingin sesuatu yang buruk terjadi padaku.”
***
Sudah beberapa kali leherku menoleh ke kanan ke kiri, ajaibnya rasa pegal enggan datang padaku. Hari ini aku ingin pulang bersama Yeon Hee lagi. Feeling-ku mengatakan ia akan berada ditempat ini sekitar pukul 16.00, tapi ternyata aku tidak cocock menjadi seorang peramal, terbukti sekarang pukul 17.00 dan ia belum juga terlihat.
17.30 sosok gadis berambut panjang terurai berjalan menuju halte bus dengan beberapa buku yang ada ditangannya. Walaupun rambutnya tergerai indah, namun wajahnya tampak kusut sekali seperti rambut yang tidak disisir.
 “Yeon Hee, kenapa kau baru pulang jam segini?” kuhentikan langkah Yeon Hee dengan pertanyaan itu.
“Gila, aku tidak begitu mengerti dengan pelajaran yang selama ini aku ikuti,” keluhnya.
“Makannya belajar, hanya orang pintar yang bisa masuk di fakultas seperti itu. Contohnya oppamu ini.”
“Lalu jika aku bodoh kenapa aku bisa di terima di fakultas ini? Ha?” ucapnya ketus.
“Bersyukurlah kamu adalah orang yang beruntung. Dan lebih beruntung lagi karena kau berteman denganku yang akan bersedia membantumu,” aku memasang senyum terimutku.
“Hilangkan senyuman itu, senyumanmu itu sungguh tidak matching dengan wajahmu yang menakutkan.”
“Sebelum pulang kita mampir ke café donat dekat sekolah yuk,” ajakku sambil cengar-cengir, enggan menghilangkan wajah imutku.
“Enggak ah, aku mau belajar.”
“Ayo lah, kaukan bisa belajar disana. Nanti kalau ada yang gak kamu bisa, aku siap membenatu,” bujukku.
“Baiklah,” dengan mudah akhirnya ia berkata ‘yes’. Setelah bis yang akan membawa kami datang, aku dan Yeon Hee naik. Kubantu Yeon Hee yang sangat kerepotan dengan buku-buku yang ia bawa, karena itu akan sangat merepotkannya karena bis sedang dalam suasana sesak oleh penumpang yang bergelantungan.
***
Di sebuah café donat mini, yang mayoritas pengunjungnya anak SMA. Yang semuanya sedang makan steak kecuali Yeon Hee yang serius dengan buku-bukunya.
“Baca ini, aku sunggu tidak mengerti dengan materinya,” Yeon Hee menyodoriku sebuah buku medis, yang sangat tebal.
“Mana,” kuraih buku itu dari tangan Yeon Hee, lalu aku tutup dan kuletakkan disebelahku. Dan setelah itu aku melanjutkan makanku lagi.
“Hei, bukankah kau telah berjanji akan mengajariku?”
“Sebentar aku habiskan dulu makananku, aku akan membacanya nanti dan menjelaskan padamu besok. Ok!”
Masih berkutat dengan donatku, tiba-tiba seseorang menepuk pundakku dan berkata, “What’s up bro!” dia adalah Dae Sung teman lamaku di SMA dan sekarang ia masih memakai seragam SMA-nya.
“What’s up man!” balasku dengan menepuk pundaknya balik.
“Wah, kau sudah punya cewek hyung?” tanyanya kepo mengenai Yeon Hee.
“Bukan dia juniorku, dulu dia juga sekolah di SMA yang sama dengan kita, apakah kau tidak tahu?”
Dae Sung menggelengkan kedua kepalanya, “tidak, aku tidak pernah melihatnya.”
“Sudah aku duga jika kau tidak tahu, karena memang gaddis ini tidak begitu popular di sekolah, hahah,” candaku yang mampu mengubah wajah Yeon Hee yang sebelumnya sudah BT menjadi lebih BT lagi.
“Maaf, maaf. Yeon Hee, kenalin ini Kang Dae Sung. Dan Dae Sung ini Lee Yeon Hee,” aku memperkenalkan Yeon Hee dan Dae Sung. Lalu mereka berdua berjabat tangan.
“Kau masih sekolah?” tanya Yeon Hee pada Dea Sung.
“Ne, sekarang aku sudah berada di 3rt grade.”
“Oo, ternyata kau masih kelas 3, kenapa kau tidak lulus-lulus? Oh iya, sini gabung aja sama kita,” kutarik bangku disebelahku dan mempersilahkannya duduk. Selama 30 menit terjadi perbincangan antara tiga generasi, dimina saat itu aku menjadi generasi paling tua. Kita membicarakan mulai dari guru-guru ter-its di Bundang Senior High School, hingga masalaluku dari yang memalukan sampai membanggakan terbongkar semua karena mulut Dea Sung yang lupa aku kunci sebelumnya. Yang jelas hari ini begitu mengasyikkan bagiku karena bisa makan donat dengan Yeon Hee, dan bertemu kawan lama Dea Sung.
***
Yeon Hee - pov -
“Terima kasih ya, kau telah mengantar ku makan donat. Aku pulang dulu,” Seung Hyun berbelok memasuki rumahnya. Untuk mengirit ucapanku aku hanya mengangguk dan melanjutkan perjalanan pulangku.
Ternyata keberadaan Seung Hyun tidak begitu membantu memecahkan masalah dalam kesulitan belajarku. Ia kabur dengan membawa bukuku, aku harap besok ia akan menepati janjinya untuk menjawab pertanyaanku. Sebenarnya aku tidak begitu yakin dengan otaknya, namun niat baiknya boelh juga.
“Beep, Beep,” ada pesan masuk di phone cell-ku. Kulihat dilayar tertera deretan nomor baru yang belum aku kenal. Ternyata pesan tersebut berisi.
‘Besok jam 08.00 datang lah ke apartemen dekat kampus yang berada di depan 7eleven. Tugasmu sebagai asisten akan dimulai. -Kwon Ji Young-





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuroko no Basketball-Quotes

Bukan "ingin" menjadi yang terbaik, tapi "akan"!-kagami Cuma perbedaan kata lho, tapi maknanya udah berbeda. Bukan ‘ingin’, tapi ‘akan’. Kalau ‘ingin’ itu hanya sekedar diangan-angan gitu, tapi kalau ‘akan’ itu kamu begitu yakin pasti terjadi. Udahlah mulai sekarang hapus semua keinginanmu, jadikan keakanan wahahaha. Soon to be ........ Masih belum berakhir.  Kemungkinan akan menjadi 0%, saat para pemain sudah menyerah.  Mau situasinya terlihat mustahil sekalipun, aku tidak mau menjadikannya 0%-kuroko Makannya, jangan menyerah. Kamu harus yakin, perjalanan masih panjang broo. Meski sekarang terlihat imposibel, tapi i’m posible aku pasti bisa. Yang penting harus yakin dan percaya. Jangan lupa berdoa dan ihtiar. Wahahahaha Musuh kemarin adalah teman hari ini-kise Hei kise, gue suka gaya loe. Musuh kemarin adalah teman hari ini. Hello kita bersaing bukan cari musuh, tapi cari teman, relasi. Karena persaingan pasti akan me...

Sabtu Bersama Bapak - Quotes-

Gak ada ruginya aku baca novel ini 'Sabtu Bersama Bapak' , aku mau share sedikit kutipan-kutipan yang aku dapat dari novel ini. dan, untuk kalian kaum Adam, aku rekomen buat baca ini full. Karena buku ini penuh pesan-pesan dari seorang bapak untuk 2 anak laki-lakinya dari mereka kecil hingga dewasa. “Seorang anak, tidak wajib menjadi baik atau pintar hanya karena dia sulung. Nanti yang sulung benci sama takdirnya dan si bungsu tidak belajar tanggung jawab dengan cara yang sama. Semua anak wajib menjadi baik dan pintar karena memang itu yang sebaiknya semua manusia lakukan.” *** .... Dikeluarga kita, nilai kita tidak datang dari barang. Bapak kasih tahu dari mana nilai kita datang. Nilai kita datang dari sini.” Bapak menunjuk kepada hati. “Harga dari diri kita, datang dari akhlak kita. Anak yang jujur. Anak yang baik. Anak yang berani bilang ‘Saya benar’ ketika benar. Anak yang berani bilang ‘Maaf’ ketika salah. Anak yang berguna bagi dirinya, dan orang ...

Success on First Date

First Date itu penentu awal kelanjutan hubungan. Jadi, di First Date, kita harus tahu  trick of success on first date. Ok! I will give you 5 tricks. 1.       Cerita masa kecil Kau bisa cerita sesuatu yang konyol, atau setidaknya yang ringan seputar masa kecilmu. Cara ini menandakan bahwa kamu mulai terbuka dan merasa nyaman bersamanya. Example          : Jessica Alba dan Cash Warren sedang sepedaan bareng. Terus Cash Warren keinget masa kecilnya dan di ceritakan ke Jessica Alba. Ini nih yang di bicarakan. Cash Warren     : “Sepedaan kayak gini jadi inget masa kecilku.” Jessica Alba      : “Ada apa dengan masa kecil anda, apakah anda mengalami MKKB?”*ngomong ala mbak-mbak radio* Cash Warren     : “What is meaning of MKKB?” Jessica Alba ...