Yeon Hee pov
Kususuri jalan disekitar kampusku
mencari sebuah apartement yang berada di depan 7eleven. Meskipun sejak kecil
aku sudah tinggal di Seoul, namun aku tidak tahu tempat-tempat di seoul. Yang
aku tahu hanyalah tempat-tempat yang sering aku datangi, seperti sekolah dan
jalanan menuju sekolah. Naik kendaraan umum saja aku baru melakukannya saat aku
mulai kuliah, sebelumnya aku selalu diantar ayahku, karena searah. Namun
sekarang universitasku tidak searah dengan kantor ayahku, maka dari itu sekarang
aku akan menjadi lebih mandiri.
“Tin.” Terdengar bunyi klakson
mobil yang berada tepat di depanku. Keluar seseorang dari dalam mobil dan
berjalan menemuiku. Akhirnya aku menemukannya, dia adalah temannya Ji Young,
Young Bae.
“Namaku Young Bae, kau Yeon Hee
bukan?” ia bertanya sambil terus berjalan. Dan aku mengangguk sambil
memepercepat jalanku menghampiri dia.
“Apa yang harus kulakukan?”
“Kau hanya perlu menemaniku dan Ji
Young.”
“Kemana?”
“Sudah iku aja, cepat masuk,”
Young Bae membukakan pintu mobilnya untukku. Mobil van kuno milik Young Bae
terlihatmasih bagus dan antik. Sebenarnya aku tidak begitu mengerti tentang
mobil. Namun untuk menghilangkan kecanggungan sepanjang perjalanan, aku akan
membuka percakapan dengan tema mobil.
“Mobil ini masih sangat bagus.
Pasti kau selalu merawatnya?”
“Tentu, karena ini salah satu
barang berharga milik keluargaku. Dan mobil ini adalah mobil satu-satunya yang
kami punya. Meskipun sangat kuno tapi aku sangat menyukainya.”
Baru sebentar kami berbicara, dia
telah menghentikan mobilnya tepat di depan apartemen yang penampilannya bisa
dikatakan tidak layak huni.
“Sebelum kita pergi, kita harus
menjempun Ji Young dulu.”
“Jadi ini tempat tinggal Ji Young?
Tidak menyangka ternyat dia tinggal di tempat seperti ini.”
“Kau jangan salah, dia bahkan
punya mobil Bentley Mansory yang 10 kali lebih keren dari mobilku.”
“Benarkah.” Aku hanya pura-pura
terkesan, padahal aku tidak tahu apa itu mobil Bentley Mansory.
“Ayo kita turun. Tidak
keberatankan jika kau ikut kami mengankat beberapa barang untuk dimasukkan ke
dalam mobi?”
“Oh, anio,” aku keluar dan
mengikuti Young Bae yang beranjak pergi memasukki apartemen tersebut.
***
Ini benar-benar apartemen yang
memprihatinkan, apatemen ini bahkan tidak menggunakan elevator. So aku harus
menaiki tangga hingga ke lantai tiga dimana kamar Ji Young berada. Sesampai
disana ternyata ada 1 sounds system, 2 gitar elektrik, dan satu keyboard yang
diam dengan manis menunggu kekuatan tanganku untuk mengangknya. Syukurlah aku
hanya membawa gitar saja. Sebelumnya aku berfikir bahwa hari ini aku akan kerja
rodi untuk mereka, namun ternyata mereka tidak sekejam Hitler.
***
Ji Young - pov –
“Ok! Semua barang sudah masuk
mobil. Sekarang ayo kita berangkat.” Aku duduk di depan menemani Young Bae dan
Yeon Hee duduk dibelakang menjaga barang-barang. Hari ini kami akan pergi ke Jincheon
untuk menghibur masyarakat disana. Ini hanyalah pesta rakyat kecil-kecilan,
tapi aku akan memberikan penampilan terbaikku untuk penampilan pertamaku
manggung di depan umum. Waktu-waktu seperti ini telah lama sekali kunanti. Ok!
Aku siap untuk bertempur!
***
“Aigo. Perempatan. Aku harus
berbelok ke kanan, kiri, atau lurus? Bagaimana menurutmu?” wajah bingung
terlihat jelas diwajah Young Bae. Sudah dari dulu ia selalu galau setiap
ditemukan dengan dua atau lebih pilihan.
“Yeon Hee. Sekarang saatnya kau
bertugas.” Perintahku pada Yeon Hee, yang dari tadi asik dengan phonecell-nya.
“Apa? Apa yang harus kulakukan?”
ia memalingkan dan mulai memfokuskan pandangannya kearahku.
“Cepat turun dan cari tahu jalan
menuju Jincheon.”
“Siap bos.” Dengan sigap ia segera
membuka pintu mobil dan keluar mencari jawaban dari pertanyaanku. Hebat. Dia benar-benar cewek
yang bertanggung jawab. Kata-kata keluhanpun tidak sedikitnya keluar dari mulutnya.
“Young Bae, berjanjilah padaku,
kali ini kita harus memberikan penampilan terbaik kita walau die fen kecol
seperti ini. Ok!” kupasang senyum paling optimisku. Aku yakin jika aku
bercermin, aku pasti bisa melihat seorang calon bintang yang tak lama lagi
pasti akan bersinar dan tentunya ditemanni dengan sahabat terbaikku. Young Bae.
“Kita akan mulai melakukan
pendakian gunung. Ok! Sebentar lagi kita pasti bisa melihat sun rise diatas
gunung,” dia mengangguk, dan mengeluarkan kata-kata yang sunggu menyentuhku.
Meskipun aku macho dan sangat cool, namun untuk sekarang aku ingin menangis
terharu bersama sahabatku.
“Kita hanya lurus saja, nanti
sekitar 500m kita akan menemukan gedungnya. Tepatnya di kanan jalan.”
Kedatangan Yeon Hee membuat airmata yang akan keluar menjadi masuk lagi. Gadis
ini benar-benar tidak memahami situasi mengharukan seperti ini. Padahal
momen-momen seperti ini, langka sekali terjadi .
“Bakilah, lanjutkan lagi jalanmu
Young Bae.”
***
“Ok, mari kita sambut duo GDYB.
Semoga kalian menikmati,” MC memanggil kami. Jantung mulai dag dig dug tak
beraturan, aku harap nadaku akan tetap teratur tidak seperti jantungku. Sebelum
naik ke panggung aku menoleh sebentar kea rah Yeon Hee yang terus mengepalkan
tangannya sambil berkata, “Hwaiting.”
Tiba aku diatas panggung dengan
diiring tepukan menyambut kedatanganku. Setelah aku berdiri dipanggu tiba-tiba
saja hening, penonton diam menunggu penampilan kami. Lekas aku memainkan
keyboard menyusun nada-nada untuk intro lagu yang akan aku bawakan. Yeon Hee
yang ada dibarisan belakang penoton tetap antusias dengan terus meneriakkan ama
kami.
Tteonaga
Yeah, I finally realise, that I’m nothing without you
I was so wrong, forgive me
Yeon Hee –pov-
Ji Young mulai menyanyikan laguya.
Lagu itu dinyayikan dengan sangat indah, bahkan saat lagunya selesai seluruh
penonton terlihat sangat terhibur dan senang dengan penampilannya. Aku bisa
melihat raut wajah bahagia yang jauh dari kesan sombong dan menyebalkannya.
Saat ini dia benar-benar tampan.
***
Seung Hyun –pov-
Ku tekan bell rumah Yeon Hee,
“Ting Tong!”
“Siapa?” seseorang dari dalam
bertanya padaku.
“Aku Seung Hyun, apa Yeon Hee ada
dirumah?”
“Kau mencoba membohongiku ya?
Katakan sejujurnya siapa namamu. Dan untuk apa kau mencari kakakku?”
“Kau adiknya ya? Cepat panggilkan
kakakmu. Bilang Seung Hyun mencarinya.”
“Asal tahu saja aku tidak akan
mengijinkan pencuri bodoh masuk kerumahku.”
“Apa? Kau pikir aku pencuri?” aku
mulai merasa ada kesalah pahaman diantar aku dan adiknya Yeon Hee.
“Ye, lalu jika bukan untuk berniat
jahat, mengapa kau mengaku-ngaku Seung Hyun? Tak tahukah kau Seung Hyun itu
siapa?”
“Aku Seung Hyun, beneran deh,
ibuku saja memanggilku begitu. Lengkapnya CHOI SEUNG HYUN,” aku memberi tekanan
pada namaku untuk memperjelas.
“Ch…Choi Seung Hyun?” anak itu terbata-bata
memanggil namaku.
“Ya. Kau terkejut?” hening tak ada
jawaban darinya. Pintu pagar terbuka dengan sendirinya, mengisyaratkanku untuk
segera masuk kedalam.
Diteras rumah telah berdiri
laki-laki yang aku yakin dia adalah laki-laki yang melarangku untuk masuk.
“Perkenalkan namaku Choi Seung
Hyun,” aku menyodorkan tanganku.
Dia menjabat tanganku dengan malu.
Namun beberapa detik kemudian ekspresinya kembali garang, ketika ia mengangkat
wajahnya dan melihatku. “Yah! Kau memang pembohong, aku tahu namamu. Dan bukan
Choi Seung Hyun.”
“Apa maksudmu?” aku bingung lagi.
“Namamu bukan Choi Seung Hyun tapi
Kang Dae Sung kan?” anak ini melayangkan jari telunjuknya tepat dimataku.
“Bu..bukan, bagaimana kau tahu
nama itu?”
“Penasarankan? Sepertinya aku
cocok menjadi detektif. Ok! Aku akan merubah cita-citaku menjadi detektif,”
anak itu bicara sendiri dengan dirinya. Aku pikir profesi detektif tidak cocok
dengan dirinya, ia lebih cocok menjadi actor berperan jadi orang gila.
“Kau hanya membuang waktuju saja,
dimana kakakmu?”
“Siapa yang mengijinkan kau
bertemu dengan kakakku? Aku sangat tidak suka dengan pembohong. Mengakulah
namamu bukan Seung Hyun tapi Kang Dae Sung.”
“Ok! Namaku Choi Seung Hyun dan
Kang Dae Sung itu temanku. Sekarang aku jadi penasaran mengapa kamu mengira aku
sebagai Kang Dae Sung,” aku meyakinkan bocah itu dengan mengeluarkan KTPku.
“Baiklah sekarang aku percaya.”
“Lalu?”
“Mian. Tapi ini semua juga
salahmu. Dulu dipertigaan dekat rumah, kau berlari kencang dan menabrakku.
Ingat tidak? Dan saat itu aku ingat kau mengenakan seragam sekolah dengan tag
name Kang Dae Sung.” Miss Understanding ini mulai terpecahkan.
“Aaa, itu. Memang itu bukan
seragamku. Hahaha. Sekarang dimana kakakmu?” untuk kesekian kalinya aku
menanyakan keberadaan Yeon Hee.
“Sebenarnya dia tidak ada dirumah,
dari tadi pagi ia sudah keluar rumah. Memangnya ada apa?”
“O, aku mau mengembalikan ini,”
kuserahkan buku yang kemarin aku bawa kepada bocah itu.
“Ok! Nanti akan kuberikan
padanya,” setelah kuberikan buku itu, aku langsung balik kanan dan pergi
pulang. Saat aku hampir melewati gerbang rumahnya bocah itu memanggilku. “Kak,
perkenaklan namaku Lee Seung Hyun, tak perlu kau panggil aku Seung Hyun panggil
saja Seungri.” Mendengarnya bicara seperti itu aku hanya melambaikan tangan
sambil tertawa kecil.
***
Yeon Hee – pov –
Hari ini memang melelahkan, namun
rasa lelahku hilang setelah aku melihat Ji Young menyanyi. Dan aku pikir bukan
hanya aku saja yang lelah, Ji Young pun begitu. Ia menghadang langkahku saat
aku akan menaiki mobil untuk pulang ke Seoul.
“Aku capek, kau temani saja Young
Bae di depan,” Ji Young memasuki mobil dan langsung berbaring tanpa menutup
pintu mobilnya. Terlihat jelas raut wajahnya yang terlihat lelah dan kembali
lagi menjadi Ji Young yang menyebalkan. Aku tutup pintu itu lalu duduk didepan
menemani Young Bae.
***
Diperjalanan tiba-tiba perutku
mual. Aku pegang perutku untuk menahan rasa perihnya. Young Bae yang sedang
menyetir menjadi menghawatirkanku.
“Kau kenapa? Kau sakit perut? Kau
sudah makan belum?”
“Hanya perih kok, ini sudah
biasa,” aku mencoba bicara setenang mungkin walau rasaperutku terus
cekit-cekit.
“Kau punya maag? Bagaimana jika
kau makan ini saja, mungkin bisa menghilangkan sakitnya,” Young Bae memberiku
buah jeruk. Tiba-tiba sebuah tangan dari belakang meraih jeruk tersebut, dan
tangan satunya lagi memukul kepala Young Bae. “Bodoh kamu, Jika dia maag jeruk
ini akan memperparah dia. Kau tahu, sabun bahkan lebih baik untuknya dari pada
jeruk ini.”
Ji Young memakan jeruk itu, sambil
mencari sesuatu dari dalam tasnya. “Ini ada obat maag, obat ini jauh lebih baik
dari pada jeruk.” Ji Young melemparkan obat itu kearahku.
“Kamsa hamnida,” agar aku tidak
mengecewakan Ji Young, kugenggam obat itu tanpa aku meminumnya. Bukan karena
aku tidak ingin sembuh tetapi aku tahu perutku sakit bukan karena maag.
Untuk mengilangkan rasa sakit, aku
coba memajamkan mataku. Walaupun tidak tidur setidakya aku tidak membuat Young
Bae dan Ji Young khawatir. Setiap rasa sakit ditubuhku menyerang aku selalu
memejamkan mata, dan membayangkan ibuku datang menemuiku. Cara ini cukup
berpengaruh meredam rasa sakitnya.
Setelah sakit diperutku hilang,
sekarang gantian tanganku yang merasa gatal. Rasa gatal ini memaksaku untuk
membuka mata dan menggaruknya. Lagi-lagi Young Bae khawatir dengan tingkahku
ini.
“Sekarang ada apa dengan badanmu?
Kau belum mandi ya?”
“Etahlah, mengapa tiba-tiba
menjadi gatal.”
“Gadis ini benar-benar
menyusahkan. Dari pada tambah aneh-aneh penyakitnya, mending antarkan dia pulang
dulu,” perintah Ji Young.
“Dimana alamat rumahmu?” tanya
Young Bae.
“Sunae-dong.”
“Ok! Cap Cuzz chin,” Young Bae
mulai menjalankan mobilnya dengan pasti kea rah rumahku.
***
Tak ada 30 menit, mobil Young Bae
telah sampai di depan gerbang rumahku. Aku turun dari mobilnya dan taklupa
berterimakasih dengan Young Bae dan tentunya Ji Young juga.
“Terima kasih banyak ya, untuk mu
juga,” aku berbicara kearah Ji Young juga yang duduk dibelakang.
“Ia, sama-sama,” balas Young Bae,
sedangkan Ji Young hanya diam saja.
Aku mengambil 3 langkah kebelakang
dan mempersilahkan Young Bae untuk meninggalkanku. Setelah mobil Young Bae hilang
dari pandanganku, aku berbalik dan masuk kedalam rumah. Aku berjalan langkah
demi langkah. Setiap langkah pandanganku menjadi semakin buram dan entah sudah
sampai mana aku berjalan tiba-tiba saja semuanyamenjadi gelap.

Komentar
Posting Komentar