Langsung ke konten utama

Haru-Haru Day 3

Yeon Hee pov
Kususuri jalan disekitar kampusku mencari sebuah apartement yang berada di depan 7eleven. Meskipun sejak kecil aku sudah tinggal di Seoul, namun aku tidak tahu tempat-tempat di seoul. Yang aku tahu hanyalah tempat-tempat yang sering aku datangi, seperti sekolah dan jalanan menuju sekolah. Naik kendaraan umum saja aku baru melakukannya saat aku mulai kuliah, sebelumnya aku selalu diantar ayahku, karena searah. Namun sekarang universitasku tidak searah dengan kantor ayahku, maka dari itu sekarang aku akan menjadi lebih mandiri.
“Tin.” Terdengar bunyi klakson mobil yang berada tepat di depanku. Keluar seseorang dari dalam mobil dan berjalan menemuiku. Akhirnya aku menemukannya, dia adalah temannya Ji Young, Young Bae.
“Namaku Young Bae, kau Yeon Hee bukan?” ia bertanya sambil terus berjalan. Dan aku mengangguk sambil memepercepat jalanku menghampiri dia.
“Apa yang harus kulakukan?”
“Kau hanya perlu menemaniku dan Ji Young.”
“Kemana?”
“Sudah iku aja, cepat masuk,” Young Bae membukakan pintu mobilnya untukku. Mobil van kuno milik Young Bae terlihatmasih bagus dan antik. Sebenarnya aku tidak begitu mengerti tentang mobil. Namun untuk menghilangkan kecanggungan sepanjang perjalanan, aku akan membuka percakapan dengan tema mobil.
“Mobil ini masih sangat bagus. Pasti kau selalu merawatnya?”
“Tentu, karena ini salah satu barang berharga milik keluargaku. Dan mobil ini adalah mobil satu-satunya yang kami punya. Meskipun sangat kuno tapi aku sangat menyukainya.”
Baru sebentar kami berbicara, dia telah menghentikan mobilnya tepat di depan apartemen yang penampilannya bisa dikatakan tidak layak huni.
“Sebelum kita pergi, kita harus menjempun Ji Young dulu.”
“Jadi ini tempat tinggal Ji Young? Tidak menyangka ternyat dia tinggal di tempat seperti ini.”
“Kau jangan salah, dia bahkan punya mobil Bentley Mansory yang 10 kali lebih keren dari mobilku.”
“Benarkah.” Aku hanya pura-pura terkesan, padahal aku tidak tahu apa itu mobil Bentley Mansory.
“Ayo kita turun. Tidak keberatankan jika kau ikut kami mengankat beberapa barang untuk dimasukkan ke dalam mobi?”
“Oh, anio,” aku keluar dan mengikuti Young Bae yang beranjak pergi memasukki apartemen tersebut.
***
Ini benar-benar apartemen yang memprihatinkan, apatemen ini bahkan tidak menggunakan elevator. So aku harus menaiki tangga hingga ke lantai tiga dimana kamar Ji Young berada. Sesampai disana ternyata ada 1 sounds system, 2 gitar elektrik, dan satu keyboard yang diam dengan manis menunggu kekuatan tanganku untuk mengangknya. Syukurlah aku hanya membawa gitar saja. Sebelumnya aku berfikir bahwa hari ini aku akan kerja rodi untuk mereka, namun ternyata mereka tidak sekejam Hitler.
***
Ji Young - pov –
“Ok! Semua barang sudah masuk mobil. Sekarang ayo kita berangkat.” Aku duduk di depan menemani Young Bae dan Yeon Hee duduk dibelakang menjaga barang-barang. Hari ini kami akan pergi ke Jincheon untuk menghibur masyarakat disana. Ini hanyalah pesta rakyat kecil-kecilan, tapi aku akan memberikan penampilan terbaikku untuk penampilan pertamaku manggung di depan umum. Waktu-waktu seperti ini telah lama sekali kunanti. Ok! Aku siap untuk bertempur!
***
“Aigo. Perempatan. Aku harus berbelok ke kanan, kiri, atau lurus? Bagaimana menurutmu?” wajah bingung terlihat jelas diwajah Young Bae. Sudah dari dulu ia selalu galau setiap ditemukan dengan dua atau lebih pilihan.
“Yeon Hee. Sekarang saatnya kau bertugas.” Perintahku pada Yeon Hee, yang dari tadi asik dengan phonecell-nya.
“Apa? Apa yang harus kulakukan?” ia memalingkan dan mulai memfokuskan pandangannya kearahku.
“Cepat turun dan cari tahu jalan menuju Jincheon.”
“Siap bos.” Dengan sigap ia segera membuka pintu mobil dan keluar mencari jawaban dari  pertanyaanku. Hebat. Dia benar-benar cewek yang bertanggung jawab. Kata-kata keluhanpun tidak sedikitnya keluar dari mulutnya.
“Young Bae, berjanjilah padaku, kali ini kita harus memberikan penampilan terbaik kita walau die fen kecol seperti ini. Ok!” kupasang senyum paling optimisku. Aku yakin jika aku bercermin, aku pasti bisa melihat seorang calon bintang yang tak lama lagi pasti akan bersinar dan tentunya ditemanni dengan sahabat terbaikku. Young Bae.
“Kita akan mulai melakukan pendakian gunung. Ok! Sebentar lagi kita pasti bisa melihat sun rise diatas gunung,” dia mengangguk, dan mengeluarkan kata-kata yang sunggu menyentuhku. Meskipun aku macho dan sangat cool, namun untuk sekarang aku ingin menangis terharu bersama sahabatku.
“Kita hanya lurus saja, nanti sekitar 500m kita akan menemukan gedungnya. Tepatnya di kanan jalan.” Kedatangan Yeon Hee membuat airmata yang akan keluar menjadi masuk lagi. Gadis ini benar-benar tidak memahami situasi mengharukan seperti ini. Padahal momen-momen seperti ini, langka sekali terjadi .
“Bakilah, lanjutkan lagi jalanmu Young Bae.”
***
“Ok, mari kita sambut duo GDYB. Semoga kalian menikmati,” MC memanggil kami. Jantung mulai dag dig dug tak beraturan, aku harap nadaku akan tetap teratur tidak seperti jantungku. Sebelum naik ke panggung aku menoleh sebentar kea rah Yeon Hee yang terus mengepalkan tangannya sambil berkata, “Hwaiting.”
Tiba aku diatas panggung dengan diiring tepukan menyambut kedatanganku. Setelah aku berdiri dipanggu tiba-tiba saja hening, penonton diam menunggu penampilan kami. Lekas aku memainkan keyboard menyusun nada-nada untuk intro lagu yang akan aku bawakan. Yeon Hee yang ada dibarisan belakang penoton tetap antusias dengan terus meneriakkan ama kami.
Tteonaga
Yeah, I finally realise, that I’m nothing without you
I was so wrong, forgive me
Yeon Hee –pov-
Ji Young mulai menyanyikan laguya. Lagu itu dinyayikan dengan sangat indah, bahkan saat lagunya selesai seluruh penonton terlihat sangat terhibur dan senang dengan penampilannya. Aku bisa melihat raut wajah bahagia yang jauh dari kesan sombong dan menyebalkannya. Saat ini dia benar-benar tampan.
***
Seung Hyun –pov-
Ku tekan bell rumah Yeon Hee, “Ting Tong!”
“Siapa?” seseorang dari dalam bertanya padaku.
“Aku Seung Hyun, apa Yeon Hee ada dirumah?”
“Kau mencoba membohongiku ya? Katakan sejujurnya siapa namamu. Dan untuk apa kau mencari kakakku?”
“Kau adiknya ya? Cepat panggilkan kakakmu. Bilang Seung Hyun mencarinya.”
“Asal tahu saja aku tidak akan mengijinkan pencuri bodoh masuk kerumahku.”
“Apa? Kau pikir aku pencuri?” aku mulai merasa ada kesalah pahaman diantar aku dan adiknya Yeon Hee.
“Ye, lalu jika bukan untuk berniat jahat, mengapa kau mengaku-ngaku Seung Hyun? Tak tahukah kau Seung Hyun itu siapa?”
“Aku Seung Hyun, beneran deh, ibuku saja memanggilku begitu. Lengkapnya CHOI SEUNG HYUN,” aku memberi tekanan pada namaku untuk memperjelas.
“Ch…Choi Seung Hyun?” anak itu terbata-bata memanggil namaku.
“Ya. Kau terkejut?” hening tak ada jawaban darinya. Pintu pagar terbuka dengan sendirinya, mengisyaratkanku untuk segera masuk kedalam.
Diteras rumah telah berdiri laki-laki yang aku yakin dia adalah laki-laki yang melarangku untuk masuk. 
“Perkenalkan namaku Choi Seung Hyun,” aku menyodorkan tanganku.
Dia menjabat tanganku dengan malu. Namun beberapa detik kemudian ekspresinya kembali garang, ketika ia mengangkat wajahnya dan melihatku. “Yah! Kau memang pembohong, aku tahu namamu. Dan bukan Choi Seung Hyun.”
“Apa maksudmu?” aku bingung lagi.
“Namamu bukan Choi Seung Hyun tapi Kang Dae Sung kan?” anak ini melayangkan jari telunjuknya tepat dimataku.
“Bu..bukan, bagaimana kau tahu nama itu?”
“Penasarankan? Sepertinya aku cocok menjadi detektif. Ok! Aku akan merubah cita-citaku menjadi detektif,” anak itu bicara sendiri dengan dirinya. Aku pikir profesi detektif tidak cocok dengan dirinya, ia lebih cocok menjadi actor berperan jadi orang gila.
“Kau hanya membuang waktuju saja, dimana kakakmu?”
“Siapa yang mengijinkan kau bertemu dengan kakakku? Aku sangat tidak suka dengan pembohong. Mengakulah namamu bukan Seung Hyun tapi Kang Dae Sung.”
“Ok! Namaku Choi Seung Hyun dan Kang Dae Sung itu temanku. Sekarang aku jadi penasaran mengapa kamu mengira aku sebagai Kang Dae Sung,” aku meyakinkan bocah itu dengan mengeluarkan KTPku.
“Baiklah sekarang aku percaya.”
“Lalu?”
“Mian. Tapi ini semua juga salahmu. Dulu dipertigaan dekat rumah, kau berlari kencang dan menabrakku. Ingat tidak? Dan saat itu aku ingat kau mengenakan seragam sekolah dengan tag name Kang Dae Sung.” Miss Understanding ini mulai terpecahkan.
“Aaa, itu. Memang itu bukan seragamku. Hahaha. Sekarang dimana kakakmu?” untuk kesekian kalinya aku menanyakan keberadaan Yeon Hee.
“Sebenarnya dia tidak ada dirumah, dari tadi pagi ia sudah keluar rumah. Memangnya ada apa?”
“O, aku mau mengembalikan ini,” kuserahkan buku yang kemarin aku bawa kepada bocah itu.
“Ok! Nanti akan kuberikan padanya,” setelah kuberikan buku itu, aku langsung balik kanan dan pergi pulang. Saat aku hampir melewati gerbang rumahnya bocah itu memanggilku. “Kak, perkenaklan namaku Lee Seung Hyun, tak perlu kau panggil aku Seung Hyun panggil saja Seungri.” Mendengarnya bicara seperti itu aku hanya melambaikan tangan sambil tertawa kecil.
***
Yeon Hee – pov –
Hari ini memang melelahkan, namun rasa lelahku hilang setelah aku melihat Ji Young menyanyi. Dan aku pikir bukan hanya aku saja yang lelah, Ji Young pun begitu. Ia menghadang langkahku saat aku akan menaiki mobil untuk pulang ke Seoul.
“Aku capek, kau temani saja Young Bae di depan,” Ji Young memasuki mobil dan langsung berbaring tanpa menutup pintu mobilnya. Terlihat jelas raut wajahnya yang terlihat lelah dan kembali lagi menjadi Ji Young yang menyebalkan. Aku tutup pintu itu lalu duduk didepan menemani Young Bae.
***
Diperjalanan tiba-tiba perutku mual. Aku pegang perutku untuk menahan rasa perihnya. Young Bae yang sedang menyetir menjadi menghawatirkanku.
“Kau kenapa? Kau sakit perut? Kau sudah makan belum?”
“Hanya perih kok, ini sudah biasa,” aku mencoba bicara setenang mungkin walau rasaperutku terus cekit-cekit.
“Kau punya maag? Bagaimana jika kau makan ini saja, mungkin bisa menghilangkan sakitnya,” Young Bae memberiku buah jeruk. Tiba-tiba sebuah tangan dari belakang meraih jeruk tersebut, dan tangan satunya lagi memukul kepala Young Bae. “Bodoh kamu, Jika dia maag jeruk ini akan memperparah dia. Kau tahu, sabun bahkan lebih baik untuknya dari pada jeruk ini.”
Ji Young memakan jeruk itu, sambil mencari sesuatu dari dalam tasnya. “Ini ada obat maag, obat ini jauh lebih baik dari pada jeruk.” Ji Young melemparkan obat itu kearahku.
“Kamsa hamnida,” agar aku tidak mengecewakan Ji Young, kugenggam obat itu tanpa aku meminumnya. Bukan karena aku tidak ingin sembuh tetapi aku tahu perutku sakit bukan karena maag.
Untuk mengilangkan rasa sakit, aku coba memajamkan mataku. Walaupun tidak tidur setidakya aku tidak membuat Young Bae dan Ji Young khawatir. Setiap rasa sakit ditubuhku menyerang aku selalu memejamkan mata, dan membayangkan ibuku datang menemuiku. Cara ini cukup berpengaruh meredam rasa sakitnya.
Setelah sakit diperutku hilang, sekarang gantian tanganku yang merasa gatal. Rasa gatal ini memaksaku untuk membuka mata dan menggaruknya. Lagi-lagi Young Bae khawatir dengan tingkahku ini.
“Sekarang ada apa dengan badanmu? Kau belum mandi ya?”
“Etahlah, mengapa tiba-tiba menjadi gatal.”
“Gadis ini benar-benar menyusahkan. Dari pada tambah aneh-aneh penyakitnya, mending antarkan dia pulang dulu,” perintah Ji Young.
“Dimana alamat rumahmu?” tanya Young Bae.
“Sunae-dong.”
“Ok! Cap Cuzz chin,” Young Bae mulai menjalankan mobilnya dengan pasti kea rah rumahku.
***
Tak ada 30 menit, mobil Young Bae telah sampai di depan gerbang rumahku. Aku turun dari mobilnya dan taklupa berterimakasih dengan Young Bae dan tentunya Ji Young juga.
“Terima kasih banyak ya, untuk mu juga,” aku berbicara kearah Ji Young juga yang duduk dibelakang. 
“Ia, sama-sama,” balas Young Bae, sedangkan Ji Young hanya diam saja.
Aku mengambil 3 langkah kebelakang dan mempersilahkan Young Bae untuk meninggalkanku. Setelah mobil Young Bae hilang dari pandanganku, aku berbalik dan masuk kedalam rumah. Aku berjalan langkah demi langkah. Setiap langkah pandanganku menjadi semakin buram dan entah sudah sampai mana aku berjalan tiba-tiba saja semuanyamenjadi gelap.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuroko no Basketball-Quotes

Bukan "ingin" menjadi yang terbaik, tapi "akan"!-kagami Cuma perbedaan kata lho, tapi maknanya udah berbeda. Bukan ‘ingin’, tapi ‘akan’. Kalau ‘ingin’ itu hanya sekedar diangan-angan gitu, tapi kalau ‘akan’ itu kamu begitu yakin pasti terjadi. Udahlah mulai sekarang hapus semua keinginanmu, jadikan keakanan wahahaha. Soon to be ........ Masih belum berakhir.  Kemungkinan akan menjadi 0%, saat para pemain sudah menyerah.  Mau situasinya terlihat mustahil sekalipun, aku tidak mau menjadikannya 0%-kuroko Makannya, jangan menyerah. Kamu harus yakin, perjalanan masih panjang broo. Meski sekarang terlihat imposibel, tapi i’m posible aku pasti bisa. Yang penting harus yakin dan percaya. Jangan lupa berdoa dan ihtiar. Wahahahaha Musuh kemarin adalah teman hari ini-kise Hei kise, gue suka gaya loe. Musuh kemarin adalah teman hari ini. Hello kita bersaing bukan cari musuh, tapi cari teman, relasi. Karena persaingan pasti akan me...

Sabtu Bersama Bapak - Quotes-

Gak ada ruginya aku baca novel ini 'Sabtu Bersama Bapak' , aku mau share sedikit kutipan-kutipan yang aku dapat dari novel ini. dan, untuk kalian kaum Adam, aku rekomen buat baca ini full. Karena buku ini penuh pesan-pesan dari seorang bapak untuk 2 anak laki-lakinya dari mereka kecil hingga dewasa. “Seorang anak, tidak wajib menjadi baik atau pintar hanya karena dia sulung. Nanti yang sulung benci sama takdirnya dan si bungsu tidak belajar tanggung jawab dengan cara yang sama. Semua anak wajib menjadi baik dan pintar karena memang itu yang sebaiknya semua manusia lakukan.” *** .... Dikeluarga kita, nilai kita tidak datang dari barang. Bapak kasih tahu dari mana nilai kita datang. Nilai kita datang dari sini.” Bapak menunjuk kepada hati. “Harga dari diri kita, datang dari akhlak kita. Anak yang jujur. Anak yang baik. Anak yang berani bilang ‘Saya benar’ ketika benar. Anak yang berani bilang ‘Maaf’ ketika salah. Anak yang berguna bagi dirinya, dan orang ...

Success on First Date

First Date itu penentu awal kelanjutan hubungan. Jadi, di First Date, kita harus tahu  trick of success on first date. Ok! I will give you 5 tricks. 1.       Cerita masa kecil Kau bisa cerita sesuatu yang konyol, atau setidaknya yang ringan seputar masa kecilmu. Cara ini menandakan bahwa kamu mulai terbuka dan merasa nyaman bersamanya. Example          : Jessica Alba dan Cash Warren sedang sepedaan bareng. Terus Cash Warren keinget masa kecilnya dan di ceritakan ke Jessica Alba. Ini nih yang di bicarakan. Cash Warren     : “Sepedaan kayak gini jadi inget masa kecilku.” Jessica Alba      : “Ada apa dengan masa kecil anda, apakah anda mengalami MKKB?”*ngomong ala mbak-mbak radio* Cash Warren     : “What is meaning of MKKB?” Jessica Alba ...