Langsung ke konten utama

Haru-Haru (Express Ver.)



Aku parkirkan motor vespa warisan dari kakekku di parkiran sekolah, tepatnya dibawah pohon asem yang ada di tempat parkir. Vespa itu adalah kendaraan satu-satunya yang aku miliki, jadi aku sangat menjaganya dengan hati-hati. Alasanku memarkirkan motor di bawah pohon asem tak lain karena pohonnya angker. Jadi aku pikir tak ada yang berani mengambilnya karena banyak yang jagain.
Usai aku mengamankan motorku, segera aku langkahkan kakiku menuju gedung sekolah yang kira-kira hanya berjarak 10 meter dari tempat parkir. Saat aku melewati koridor sekolah, tiba-tiba aku mendengar suara cewek seperti menyapaku. Aku hentikan langkahku dan mulai mencari sumber suara. Aku toleh kekanan kekiri namun tak kujumpai seorangpun. Saat aku memutuskan untuk melanjutkan langkahku tiba-tiba ada yang menepuk punggungku dan berkata, “Sile Hamnida.” Betapa kagetnya aku melihat seorang cewek cantik berambut panjang dan berkulit putih seperti Yoona SNSD, namun sepertinya aku tak pernah menjumpainya sebelumnya. Pikiranku menuju pada sosok cantik yang ternyata adalah hantu seperti yang di film-film horror. Dengan gugup aku mulai berjalan pergi tanpa menghiraukannya. Namun setelah aku berjalan cewek itu malah mengejarku, setelah aku tambah kecepatan berjalanku dia meraih tanganku untuk menahanku agar tidak lari lagi.
Sile Hamnida, saya bukan hantu,” tegas cewek itu. Untuk memastikan bahwa cewek itu manusia, aku melihat kakinya apakah menempel lantai atau mengapungu diudara. Dan alhamdulillah ternyata dia cewek beneran.
“Ups, Mian,” aku meminta maaf sambil memasang wajah yang paling imut.
Ne. Sebelumnya perkenalkan namaku Lee Yeonhee,” Yeonhee  memperkenalkan diri sembari, mengulurkan tangannya mengajak berjabat tangan.
“Aku Jiyoung, Kwon Jiyoung,” Aku jabat tangan lembutnya dan aku sebutkan siapa namaku.
“Ngomong-ngomong kamu anak baru ya?” aku bertanya karena wajah Yeonhee  sangat asing dimataku.
“Iya, disini aku berada dikelas XI IB. Ruangannya dimana ya?” Yeonhee  menanyakan ruang kelasnya yang ternyata sama dengan kelasku.
“Itu kelasku, ayo kita kesana bareng,” ucapku penuh semangat.

Disepanjang jalan menuju kelas, aku banyak bercerita mengenai sekolahku. Yeonhee  cepat sekali beradaptasi denganku sehingga perjalanan kami yang singkat ini tak terasa garing dan sepi. Sesampainya kami dikelas. Semua mata tertuju pada Yeonhee . Aku selaku ketua kelas menjelaskan panjang lebar kepada warga kelasku. Seusaiku menjelaskan mengenai Yeonhee , Aku persilahkan Yeonhee  untuk duduk di bangku kosong tepat dibelakangku. Dan tempat dudukku tepat didepan guru, aku bersebelahan dengan Youngbae siswa pendiam yang tak pernah berkomentar dengan apa yang aku lakukan dan selalu memberiku jawaban-jawaban ampuh setiap otakku berhenti berfikir dan yang membanggakan dia adalah siswa terpintar dikelasku.
***
Vespa tuaku menggelegar memecah kesunyian komplek rumahku yang selalu sepi. Tetapi didepan rumahku terlihat aktifitas orang mondar-mandir membawa properti yang mereka bawa dari truk kedalam rumah kosong tepat didepan rumah tinggalku. Nampaknya rumah yang sudah 2 tahun kosong itu maulai terisi dengan penghuni baru.
Didepan rumah, kutekan klakson motorku berulangkali. Untuk memerintahkan agar sesorang dari dalam membukakan pintu gerbang. Dan tak lama kemudian gerbang terbuka, dibukakan oleh Dami kakakku yang super nyebelin bin ngerepotin, Padahal dia jauuuh lebih tua dariku. Umur kita terpaut sangat jauh yaitu 12 tahun, dan aku pikir sekarang sudah waktunya dia untuk menikah.
“Didepan itu ada tetangga baru ya?” tanyaku berbasa-basi pada Dami.
“Mau tau aja,” kata Dami sambil berjalan meninggalkanku. Memang pertanyaanku tak pernah ia jawab dengan benar walaupun hanya berbasa-basi. Setelah aku masukkan motorku ke garasi segera aku menyusul Dami masuk kedalam rumah.
Aku pulang,” kataku sambil memasukki rumah.
Wah, jagoanku sudah pulang ternyata,” kata Mama yang sedang menyiapkan makan siang. Melihat beliau diruang makan segera aku menghampirinya dan meminta tempe goreng yang sedang ia siapkan.
“Ada tetangga baru ya ma?” tanyaku pada Mama, dan kali ini aku yakin akan dijawab oleh beliau.
“Iya. Nanti kamu main ke tetangga baru ya,” perintah Mama.
“Kan belum kenal ma?”
“Makannya main trus kenalan. Nantikan kenal.”
“Nanti sore ya, aku mau bobok siang dulu,” kataku sambil berlau meninggalkan Mama menuju ke kamarku.
***
Jiyoung!” Mama mengetuk pintu kamarku sambil memanggil-manggil namaku, hingga membuat mimpi siangku buyar dan aku terbangun dari tidur siangku.
“Iya Ma,” sembari mengumpulkan nyawa aku berjalan membukakan pintu untuk Mama.
“Cepat cuci muka, tetangga baru kita berkunjung kerumah. Kau harus berkenalan dengan mereka. Jangan sampai kita hidup berhadapan tetapi tak mengenal satu sama lain,” ibu berbicara sambil mendorong tubuhku kekamar mandi. Lalu mengajakku menuju ruang tamu.
***
Rasanya mata yang tadinya mengantuk menjadi terbelalak melihat tetangga baruku ternyata Yeonhee  dan keluarganya. Ini merupakan sebuah kebetulan yang sangat luar biasa. Walaupun aku sudah mengenalnya aku diam saja mempersilahkan ibu memperkenalkan anaknya kepada keluarganya Yeonhee .
“Ini anak bungsu saya namanya Jiyoung, dia sebaya dengan kamu lho Yeonhee ,” ibu memberitahu Yeonhee .
“Sebenarnya saya bersekolah di sekolah yang sama dengan Jiyoung, bahkan kami sekelas,” ucap Yeonhee .
“Wah, ternyata kalian sudah kenal. Oh iya ini tuan dan nyonya Lee orang tua Yeonhee,” ibu menunjuk ayah dan ibu Yeonhee  sambil menyenggol lenganku memberi isyarat agar aku bersalaman dengan orang tua Yeonhee .
Selanjutnya pembicaraan banyak dikuasai oleh orangtuaku dan orangtuanya Yeonhee . Aku hanya diam saja mendengarkan obrolan antar kedua orangtua yang sedang terjadi. Sedangkan Dami kakakku malah asik menggoda Yeonhee.
***
Pagi hari ini, aku sudah siap untuk pergi sekolah, begitu juga Yeonhee  dengan seragam barunya telah keluar dari rumahnya dan berjalan menuju keluar komplek. Ini merupakan sebuah kesempatan untuk mengajak Yeonhee  kesekolah dengan vespaku.
“Pagi Yeonhee ,” sapaku.
“Pagi,” jawabnya manis.
“Ayo berangkat bareng,” aku berhenti memberikan satu helem untuk ia pakai.
“Ah gak usah,” tolaknya.
“Udah cepet, kali ini aku memaksa,” paksaku.
“Ok, lagian siapa juga yang nolak tumpangan geratis,” jawabnya sambil meraih helem dari tanganku.
Mulai pagi itu dan seterusnya kami selalu berangkat dan pulang sekolah bersama. Bahkan kalau aku lagi bosan aku selalu mengajaknya pergi keluar untuk mencari tempat-tempat yang seru dan bagus untuk dijadikan lokasi foto karena hoby Yeonhee  adalah fotografi. Kamera adalah suatu barang wajib yang selalu ia kalungkan dileher kecuali saat ia sekolah.
***
Di siang hari disaat angin berhembus membawa virus ngantuk. Hingga membuat 50% murid tertidur dan 25%nya lagi berusaha keras untuk menahan ngantuk yang menyerang mereka, dan sisanya tetap memperhatikan guru, dan aku termasuk golongan 25% yang sedang menahan kantuk. Tak heran hal ini terus terjadi saat pelajaran Bahasa Indonesia yang diampu oleh Song Seonsaengnim seorang wanita paruh baya yang tinggal menghitung bulan lagi usianya memasuki 60 tahun. Namun murid-murid berubah menjadi antusian tatkala Song Seonsaengnim mengusulkan sebuah ide yang sangat menarik.
“Kali ini saya akan memberikan kalian tugas yang akan kalian kerjakan secara berkelompok, yaitu tugas drama, dimana drama yang paling bagus nanti akan ibu tampilkan diacara perpisahan saya. Jadi kerjakan dengan sebaik munngkin. Ok!” Song seonsaengnim memberi tugas.
“Kelompoknya berapa orang seonsaengnim?” tanyaku.
“3 saja, tapi kalian harus memerankan lebih dari satu karakter,” jelas ibu Sri. Dan pergi meninggalkan kelas karena jam pelajaran beliau telah usai.
Kepergian Song seonsaengnim dari kelas membuat kelas menjadi gaduh, karena masing-masing murid sibuk mencari kelompok. Agar tak kecolongan start segera aku mengaja Youngbae dan Yeonhee  masuk kedalam kelompokku.
“Yeonhee  kau satu kelompok dengan aku ya,” ajakku sambil menoleh kebelakang menghadap Yeonhee  yang duduk dibelakangku.
“Ok!”jawab Yeonhee  tanpa basa-basi. Mendengar Yeonhee  setuju aku mulai berpaling darinya dan ganti mengajak Youngbae.
Youngbae kamu kelompokku ya,” ucapku sedangkan Youngbae hanya mengangguk mengiyakan tawaranku.

Akibat tugas drama yng diberikan Song seonsaengnim, sepulang sekolah kami selalu merembuk drama tersebut besama-sama disekolah. Dari mulai mencari ide hingga membuat naskah kami selesaikan bertiga disekolah. Dan akhirnya diskusi kita selama ini menjadi sebuah naskah yang menurutku cukup menarik. Drama kami bercerita mengenai gambaran manusia setelah meninggal namun tetap kami kemas dengan format komedi. Setelah naskah jadi, kami mulai berlatih adegannya. Kali ini kita berlatih tidak lagi disekolah tetapi dirumahku.
***
Bertempat dirumahku, Youngbae dan aku menunggu kedatangan Yeonhee  yang sedang pergi berbelanja dengan mamanya. Aku dan Youngbae memiliki hobi yang sama yaitu bermusik, kita biasa bermain bersama dirumahku. Dia jago dalam bermain keyboard dan aku bermain gitar sekaligus merangkap vokalis. Setelah aku dan Youngbae memainkan beberapa lagu tida-tiba Yeonhee  datang dan memaksa kami untuk berhenti bermain musik dan berlatih drama.
Sepanjang berlatih kita tidak pernah serius. Bahkan Youngbae yang tadinya pendiam berubah menjadi cerewet dan bertingkah sangat ajaib. Memang jika dipersentasekan kita hanya menggunakan 25% waktu untuk berlatih sedangkan sisanya kami gunakan untuk bercerita dan sedikit curcol. Drama ini menjadikan aku, Youngbae, dan Yeonhee  menjadi tambah akrab. Bahkan aku sudah mengangga Youngbae dan Yeonhee  sebagai sahabatku.
Namun selang waktu berganti perasaanku pada Yeonhee  mulai berubah dari sahabat jadi cinta. Cinta ini tak sengaja telah tumbuh karena kita telah terbiasa bersama. Namun mengenai perasaanku ini, aku masih belum berani untuk mengutarakan padanya.
***
Sudah 3 bulan perasaan cintaku pada Yeonhee  bersarang dihatiku. Aku semakin tersaiksa akan perasaan ini. Setiap aku dekat dengan Yeonhee , jantung ini rasanya berdetak 2 kali lebih cepat dari biasanya. Tak sanggup lagi aku memandam perasaanku ini sendiri, dan aku memutuskan untuk mengutarakannya pada Yeonhee  sore hari ini.
Pukul 3 sore aku telah memanggil-manggil nama Yeonhee  didepan rumahnya. Lalu keluarlah Yeonhee  dengan berdandan casual serta tak lupa ia membawa kamera kesukaannya yang ia gantungkan dilehernya. Setelah kami siap, aku mulai menjalankan vespaku menuju suatu tempat favorit ku yang cocok sekali untuk dijadikan objek foto oleh Yeonhee .
***
Disebuah dataran tinggi dengan pemandangan yang indah, Yeonhee  dengan trampilnya memainkan kamera mengabadiakan setiap momen alam yang terlihat begitu alamiah. Saat Yeonhee  asyik dengan kameranya aku mulai mempersiapkan sebuah strategi penembakan cinta untuknya.
“Aku mau ngomong sesuatu …,” tak sengaja aku mengucapkan perkataan yang sama dengan Yeonhee .
“Apa itu?” tanyaku sambil mempersilahkan Yeonhee  berbicara terlebih dahulu.
“Okeh gak perlu gue berbasa-basi, gue cuma mau bilang kalo gue cinta sama lho. Bagaimana menurutmu?” Yeonhee  mengutarakan sebuah pengakuan cinta tanpa basa-basi hingga membuatku mematung.
“Ternyata Yeonhee  juga suka sama gue, gimana ini gue udah keduluan deh sama Yeonhee . Gengsi juga kalau aku harus menerimanya, gue kan cowok,” ucapku dalam hati.
Kwon Jiyoung?” Yeonhee  menyenggolku yang terdiam menatapnya.
“Kalau aku gak suka gimana?” tanyaku dengan nada sesantai mungkin berusaha menutupi rasa gugupku.
“No Problem, yang penting aku udah ngomong ke kamu. Lagian cinta tumbuhkan kapan aja. Kalau memang sekarang enggak, siapa tahu besok rasa cinta itu tumbuh,” ucap Yeonhee  dengan wajah berseri-seri tanpa ada kekecewaan dari raut mukanya.
Selama perjalanan pulang, rasa menyesal tiba-tiba menggelayutiku. Aku menyesal mengapa tadi aku tidak mengaku saja padanya, dan  mengapa tadi aku tidak langsung mengatakannya. Aku telah mengambil jalan yang salah dan menyulitkanku akibat rasa gengsiku.
***
Tidurku terbangunkan oleh suara handphone yang memanggilku berulangkali. Segera kuraih handphoneku dan mengangkatnya tanpa mengetahui siapa yang menelfon.
“Hallo?” sapaku sambil mengumpulkan nyawa yang belum bersatu diragaku.
“Cepat bangun. Aku sama Youngbae mau jalan-jalan nih. Aku jemput kamu 5 menit lagi. Ok!” dengan nada bersemangat Yeonhee  mengajakku untuk pergi, dan setelah ia berbicara ia langsung menutup telfonnya sehingga secara tidak langsung ia memaksaku untuk cepat-cepat bangun, cuci muka, dan ikut jalan dengan mereka. Dan tepat 5 menit setelah ia menelfon, didepan remuah, Yeonhee  dan Youngbae telah memanggil-manggil namaku dengan kerasa tanpa henti-henti hingga aku keluar rumah dan menemui mereka.
“Emang mau kemana sih?” tanyaku yang baru saja keluar dari rumah.
“Kita mau ke pantai,” kata Yeonhee  dan Youngbae serempak.
“Tumben?” tanyaku penasaran.
“Udah gak usah kebanyakan tanya cepat naik,” kali ini Yeonhee  membawa mobil ayahnya untuk kendaraan kami menuju pantai.
***
Dipantai kami bermain bersama, mulai dari membuat istana pasir, bermain voly pantai, sampai bermain air dan berenang bersama. Selain bermain tentunya banyak gambar yang terabadikan dengan kamera milik Yeonhee . Yang pasti aku merasakan kedekatan diantara kita bertiga umumnya dan diantara aku dan Yeonhee  khususnya. Disaat lagi seru-serunya bermain tiba-tiba Yeonhee  ingin pergi ke kamar kecil.
“Tunggu sebentar ya, aku ke kamar kecil dulu,” kata Yeonhee  sambil menutupi mulut dan hidungnya yang entah kenapa.
Hampir setengah jam aku dan Youngbae menunggu Yeonhee  yang tak kunjung datang. Karena lama menunggu, Youngbae ikutan pingin kekamar kecil karena kebelet pipis.
“Aku kebelet pipis,” Youngbae berbicara sambil berlari menuju kamar kecil dan tinggalah aku sendiri.
Saat aku asyik melamun sambil melihat pemandangan pantai, Youngbae dan Yeonhee  datang secara bersamaan dan mengagetkanku dengan menepuk pundakku dan berteriak, “woi.”
Ya ampun, kalian ngagetin aku aja,” kataku kaget..
“Makannya jangan ngelamun, kalo gak gue kagetin bisa-bisa kesambet loe,” kata Youngbae.
“Udah yuk main dipantainya. Sekarang saatnya kita makan,” ucap Yeonhee  sambil menarik pergelangan tanganku dan mengajakku berlari menuju sebuah pondok ikan bakar yang terletak tak jauh dari bibir pantai.
Kami duduk dan makan ikan bakar bersamaan. Karena begitu laparnya kami makan begitu semangat. Saat kami sedang asyik makan, tiba-tiba Yeonhee  menghentikan tangannya dan berhenti untuk makan. Dia lalu berbicara dengan nada yang begitu serius.
“Jiyoung, Youngbae. Gue mau ngomong serius sama kalian.”
“Mau ngomong apa Yeonhee?” tanya Youngbae sambil melepaskan ikan yang hampir saja masuk kemulutnya. Sedangkan aku hanya diam terperangah melihat ucapan Yeonhee  yang tak biasanya.
“Sebenarnya ini hari terakhirku bemain dengan kalian,” ucap Yeonhee  misterius.
“Memangnya kamu mau kemana?” tanyaku ganti.
“Aku mau pindah sekolah ke Singapura,” jawab Yeonhee  yang membuat aku dan Youngbae terkaget-kaget.
“Mengapa terlalu mendadak,” ucapku tak terima dengan pernyataan Yeonhee .
“Tidak. Ini sudah aku persiapkan dengan matang tanpa sepengetahuan kalian.”
“Jiyoung, Youngbae. Kalian adalah teman terbaikku selama aku besekolah di Seoul Korean Traditional Arts Middle & High School. Terima kasih kalian telah menemani hari-hariku selama ini,” Yeonhee  yang tak kuat lagi membendung air matanya akhirnya menangis dan behenti bicara. Melihat Yeonhee  menangis aku dan Youngbae menjadi ikut menangis dan tak mampu lagi berucap. Disaat aku dan Youngbae menangis Yeonhee  tiba-tiba pergi meninggalkannku dan saat sampai di pintu keluar ia berbalik dan berkata, “Mian hamnida,” lalu pergi meninggalkan aku dan Youngbae.
***
7 hari sekolah tanpa Yeonhee . 7 hari juga aku selalu galau karena Yeonhee . Aku menyesal karena belum juga mengutarakan perasaanku padanya. Dan kali ini aku akan membulatkan tekatku untuk menyatakan perasaanku kepadanya.
Dengan bantuan Youngbae aku akan menjalankan misiku untuk menyatakan perasaanku kepada Yeonhee . Youngbae merekamku yang menyanyikan sebuah lagu inggris berjudul “Your Call”. Sebuah lagu yang tepat sekali untuk moment yang akan aku berikan untuk Yeonhee . Setelah semua selesai, segera aku pacu vespaku untuk pergi kerumah dan mengirimkan videoku ke Yeonhee .
***
Namun begitu terkejutnya aku saat pulang kerumah. Bukan janur kuning melainkan bendera kuning berkibar di gerbang rumah Yeonhee , dan itu merupakan pertanda bahwa keluarga Yeonhee  sedang berduka. Dan tepat saat aku berdiri didapan rumah Yeonhee  tangisku pecah mengetahui bahwa yang meninggal adalah Yeonhee . Tak kuat aku menahan semua ini membuatku terjatuh dan pingsan.
Dan saat aku tersadar aku telah berada di kamarku dengan ditemani Mama. Mama membawa sebuah album foto lalu beliau berikan kepadaku. Album foto itu membuatku menangis kembali. Sebuah buku berisi foto-foto diriku, yang diambil tanpa sepengetahuanku, tertempel rapi dengan macam-macam hiasan tulisan tangan Yeonhee. Semua ini membuatku semakin menyesal karena aku belum juga mengatakan perasaanku kepadanya hingga akhirnya Yeonhee  meninggal dan pergi tanpa bisa aku cegah.
Seharian aku menangis dan terus menangis hingga membuat Mama bingung bagaimana menenangkanku. Selain Mama, Youngbae juga datang mengunjungiku untuk mencoba menghiburku. Selain menghiburku ia juga menceritakan tentang kondisi Yeonhee  yang takku ketahui sebelumnya.
“Sabar Jiyoung,” kata Youngbae menenangkanku sambil mengelus-elus punggungku.
“Mengapa Yeonhee  bisa meninggal Youngbae?” tanyaku sesenggukan.
“Karena Hepatitis yang sudah lama menempel padanya.”
“Lalu mengapa tidak bilang saja sama kita, mengapa rasa sakit itu ia tahan sendiri,” ucapku tak terima.
“Karena Yeonhee  tak mau kita tahu jika ia sakit. Aku tahupun karena tak sengaja aku  memergokinya mutah darah saat kita dipantai. Dan dia memintaku untuk tidak memberitahumu karena dia begitu cinta denganmu,” papar Youngbae yang sontak membuat tangisku semakin menjadi.
“Ini semua salahku, mengapa tak dari dulu aku mengakui bahwa aku suka padanya. Sampai akhir hayatnya ia hanya mengetahu Jiyoung sebagai sahabatnya lebih tepatnya sebagai cintanya yang bertepuk sebelah tangan,” kataku penuh penyesalan.
“Sekali lagi sabar Jiyoung. Yeonhee  sudah bahagia di alamnya, jangan buat ia sedih karena melihat orang yang dicintainya selalu menangis. Jika kau lihat Yeonhee  menangis kau pun ikut menangis begitu juga Yeonhee  dia akan menangis jika melihatmu seperti ini,” kata Youngbae bijak.
“Semoga ini mimpi. Semoga saat aku terbangun nanti Yeonhee  berada didepanku dan membangunkan tidur nyenyakku,” ucapku mencoba melupakan Yeonhee  dan tidur.

Didalam gelapku menutup mata. Tiba-tiba memori tentang Yeonhee  muncul dibenakku. Mulai dari awal aku bertemu dengannya, belajar, pergi sekolah, dan jalan-jalan yang sering aku lakukan bersama dengannya. Dan yang paling menyakitkan saat memori dimana Yeonhee  mengutarakan rasa cintanya padaku dan akibat rasa gengsiku aku menolaknya. Semua itu membuatku semakin ingat dan semakin rindu akan sosok Yeonhee  yang tak akan aku jumpai selamanya. Dengan adanya kejadian ini aku menjadi sadar bahwa  hidup ini singkat dan tidak ada waktu untuk meninggalkan kata-kata penting tak terkatakan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuroko no Basketball-Quotes

Bukan "ingin" menjadi yang terbaik, tapi "akan"!-kagami Cuma perbedaan kata lho, tapi maknanya udah berbeda. Bukan ‘ingin’, tapi ‘akan’. Kalau ‘ingin’ itu hanya sekedar diangan-angan gitu, tapi kalau ‘akan’ itu kamu begitu yakin pasti terjadi. Udahlah mulai sekarang hapus semua keinginanmu, jadikan keakanan wahahaha. Soon to be ........ Masih belum berakhir.  Kemungkinan akan menjadi 0%, saat para pemain sudah menyerah.  Mau situasinya terlihat mustahil sekalipun, aku tidak mau menjadikannya 0%-kuroko Makannya, jangan menyerah. Kamu harus yakin, perjalanan masih panjang broo. Meski sekarang terlihat imposibel, tapi i’m posible aku pasti bisa. Yang penting harus yakin dan percaya. Jangan lupa berdoa dan ihtiar. Wahahahaha Musuh kemarin adalah teman hari ini-kise Hei kise, gue suka gaya loe. Musuh kemarin adalah teman hari ini. Hello kita bersaing bukan cari musuh, tapi cari teman, relasi. Karena persaingan pasti akan me...

Sabtu Bersama Bapak - Quotes-

Gak ada ruginya aku baca novel ini 'Sabtu Bersama Bapak' , aku mau share sedikit kutipan-kutipan yang aku dapat dari novel ini. dan, untuk kalian kaum Adam, aku rekomen buat baca ini full. Karena buku ini penuh pesan-pesan dari seorang bapak untuk 2 anak laki-lakinya dari mereka kecil hingga dewasa. “Seorang anak, tidak wajib menjadi baik atau pintar hanya karena dia sulung. Nanti yang sulung benci sama takdirnya dan si bungsu tidak belajar tanggung jawab dengan cara yang sama. Semua anak wajib menjadi baik dan pintar karena memang itu yang sebaiknya semua manusia lakukan.” *** .... Dikeluarga kita, nilai kita tidak datang dari barang. Bapak kasih tahu dari mana nilai kita datang. Nilai kita datang dari sini.” Bapak menunjuk kepada hati. “Harga dari diri kita, datang dari akhlak kita. Anak yang jujur. Anak yang baik. Anak yang berani bilang ‘Saya benar’ ketika benar. Anak yang berani bilang ‘Maaf’ ketika salah. Anak yang berguna bagi dirinya, dan orang ...

Success on First Date

First Date itu penentu awal kelanjutan hubungan. Jadi, di First Date, kita harus tahu  trick of success on first date. Ok! I will give you 5 tricks. 1.       Cerita masa kecil Kau bisa cerita sesuatu yang konyol, atau setidaknya yang ringan seputar masa kecilmu. Cara ini menandakan bahwa kamu mulai terbuka dan merasa nyaman bersamanya. Example          : Jessica Alba dan Cash Warren sedang sepedaan bareng. Terus Cash Warren keinget masa kecilnya dan di ceritakan ke Jessica Alba. Ini nih yang di bicarakan. Cash Warren     : “Sepedaan kayak gini jadi inget masa kecilku.” Jessica Alba      : “Ada apa dengan masa kecil anda, apakah anda mengalami MKKB?”*ngomong ala mbak-mbak radio* Cash Warren     : “What is meaning of MKKB?” Jessica Alba ...